LUTIM, SINYALTAJAM. COM – Puluhan warga Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dilarikan ke Puskesmas. Mereka mengalami dehidrasi disertai muntah-muntah dan buang air besar (muntaber) Sabtu (18/3/2023). Bahkan, salah seorang warga dikabarkan di rujuk ke RSUD I Lagaligo.
Belum diketahui persis penyebab serangan penyakit muntaber tersebut. Namun Informasi yang dihimpun Sinyal Tajam menyebutkan, peristiwa langka yang cukup menggegerkan warga setempat itu terjadi pada Jumat (17/3/2023). Sejumlah warga dalam waktu hampir bersamaan mengalami muntah-muntah dan buang air besar.
Puluhan warga tersebut baru mendapatkan penangan dari tim medis di Puskesmas setelah mereka ramai-ramai mendatangai puskemas sehari setelah terserang muntaber.
Kepala Desa Sindu Agung, Aris Suprojo membenarkan kalau puluhan warganya dilarikan ke Puskesmas karena muntaber. Menurutnya, warga itu terserang sakit perut setelah menghadiri hajatan di salah satu rumah warga di desa Sindu Agung, Jumat (17/3/23).
”Puluhan warga mengeluh sakit perut dan muntaber. Kondisi itu dialami warga setelah menghadiri hajatan dan menyantap hidangan di acara itu,” terang Kades Sindu Agung. Suprojo.
Sementara Kepala Puskesmas Mangkutana, Wa Ode Ferliani menyebutkan, sebanyak 29 warga desa dilarikan puskesman karena terserang sakit perut hingga muntaber. Dari jumlah tersebut, 11 orang sudah dipulangkan dan 15 warga lainnya masih menjalani perawatan intensif di Puskesmas.
”Puluhan warga terserang diare. Meski sebahagian sudah bisa di pulangkan namun masih banyak juga yang mesti menjalani perawatan intensif di Puskemas Mangkutana dan Tomoni . Malah ada pasien terpaksa di rujuk ke rumah sakit karena ada riwayat jantung,” jelas Wa Ode Ferliani.
Terkait adanya isu keracunan makanan yang dialami warga, Kapus Mangkutana tersebut belum bisa memastikan. Sebab sejauh ini belum ada sampel makanan untuk dilakukan pemeriksaan atau uji laboratorium.
“Jadi dari hasil pemeriksaan dokter sementara, para pasien mengalami Diare. Kalau dikatakan keracunan makanan itu belum bisa disimpulkan. Apalagi tidak ada sampel makanan yang dapat diperiksa karena pasien baru datang ke Puskesmas sehari setelah terserang diare,” beber Wa Ode Ferliani. (tim/st/*)