LUTIM . SINYALTAJAM .COM- Nelayan Kecamatan Wotu kembali menjerit. Sudah sepekan perahu-perahu mereka hanya bisa tertambat di dermaga, tak melaut karena tidak ada solar.
Kelangkaan BBM bersubsidi ini bukan cerita baru, namun luka lama yang terus menganga tanpa ada tanda-tanda akan diobati oleh pemerintah daerah khususnya dinas terkait.
“Hancur kita nelayan kalau begini terus,” keluh seorang nelayan Desa Lampenai dengan nada geram yang bercampur putus asa.
“Sudah satu minggu ini tidak ada solar, bisa hanyut semua atau putus itu rumpong”.
Pengawas SPBU Wotu, Anto, yang dikonfirmasi lewat WhatsApp tak bisa berbuat banyak. Ia mengakui, sejak tanggal 13, jatah solar untuk SPBU Wotu hanya 8 KL dan hari ini Rabu 17 Desember nihil pasokan.
Lantas, ke mana gerangan peran pemerintah daerah Kabupaten Luwu Timur? Berita tentang nestapa nelayan Wotu sudah berulang kali menghiasi media massa, namun solusi konkret tak kunjung tiba.
Sementara itu, pemandangan kontras terlihat di SPBU. Para pelangsir dengan kendaraan roda empat leluasa mengisi solar, lalu menjualnya dengan harga tinggi.
Ke mana larinya hasil pelangsiran itu? Apakah ada oknum yang bermain mata? Aparat kepolisian diharapkan segera bertindak tegas, membongkar praktik ilegal yang merugikan nelayan kecil ini.
Janji manis menyejahterakan nelayan kini terasa bagai lelucon pahit. Nasib nelayan Wotu semakin tak pasti, terancam kehilangan mata pencaharian dan masa depan.
Jika pemerintah daerah terus menutup mata dan telinga, bukan tidak mungkin Wotu akan kehilangan generasi penerus pelaut yang tangguh. Lap Tim












